Taylor Swift Asuransikan Kaki hingga Rp.520 Miliar Rupiah

07.29 0 Comments


KOMPAS.com - Penyanyi cantik Taylor Swift tidak hanya dikenal memiliki paras menarik dan suara indah saja, namun juga tinggi badannya yang semampai. Dengan tinggi badan hampir mencapai 180 cm, tidak mengherankan Taylor memiliki sepasang kaki yang jenjang dan indah. Guna menjaga "aset berharga" tersebut, Taylor dilaporkan mengasuransikan kedua kakinya dalam jumlah yang besar. Tidak mengherankan, sebab seorang bintang pop seperti Taylor banyak melakukan aktvitas di panggung yang menuntut gerak kaki. Oleh karena itu, bagi pelantun lagu Shake It Off tersebut, kedua kakinya amat sangat berharga. Saking berharganya, Taylor dikabarkan ingin mengasuransikan kedua kakinya sebesar 40 juta dollar AS atau setara Rp 520 miliar. "Ia (Taylor) berpikir kedua kakinya kemungkinan seharga jutaan dollar. Namun angka 40 juta dollar AS benar-benar mengagetkannya," ujar seorang sumber seperti dikutip dari Cosmopolitan. Meski besaran asuransi untuk kedua kakinya yang indah tersebut sangat besar, Taylor malah merasa malu. Mengapa? Sebab, mantan kekasih Jake Gyllenhaal dan Harry Styles ini tidak menyangka sepasang kaki saja bisa bernilai begitu besar apabila diasuransikan. Taylor bukankah satu-satunya selebriti yang mengasuransikan anggota tubuhnya. Penyayi Mariah Carey malah mengasuransikan kedua kakinya seharga 1 miliar dollar AS atau setara Rp 13 triliun. Sementara itu, aktris cantik Julia Roberts mengasuransikan senyumnya yang legendaris seharga 30 juta dollar AS atau Rp 390 miliar. Ada banyak alasan para selebriti mengasuransikan anggota tubuhnya. Mulai dari kerapmenggunakan anggota tubuh tersebut untuk kegiatan keartisannya hingga menganggap anggota tubuh tersebut adalah aset yang paling berharga dibandingkan kendaraan atau properti mewah lainnya.

Benarkah Memuji Anak Menimbulkan Sifat Narsis?

KOMPAS.com - Banyak orang tua yang memuji buah hatinya sebagai bentuk perhatian dan kebanggan mereka. Namun, sebaiknya orang tua kini jangan terlalu sering memuji anak. Sebab, sebuah penelitian terbaru menyatakan bahwa anak yang terlalu sering dipuji dapat berkembang menjadi anak yang narsis karena ulah orang tua yang gemar mengumbar pujian. Para orang tua yang terlalu memuji buah hati mereka cenderung akan membesarkan anak dengan rasa dan perasaan superior. Demikian seperti yang diungkapkan oleh para peneliti dalam laporan yang dipublikasikan tanggal 9 Maret 2015 lalu pada edisi online jurnal Proceedings of the National Academy of Sciences. "Hal itu terjadi secara alamiah. Kebanyakan orang tua mengangap anak mereka spesial dan berhak memperoleh perawatan dan perlakuan yang baik. Namun ketika anak-anak memperoleh perlakukan yang spesial, mereka menjadi narsis dan percaya mereka berhak mendapat lebih dan menjadi superior kepada orang lain," ujar Brad Bushman, Ketua Penelitian serta profesor komunikasi dan psikologi dari Ohio State University, Amerika Serikat. Namun demikian, para peneliti juga menemukan dampak positif yang terjadi apabila orang tua memperlakukan buah hati mereka secara hangat, sederhana, dan sepatutnya. Menurut para ahli, anak akan lebih memiliki kepercayaan diri tanpa bersifat narsis. "Sebuah hal yang bagus apabila Anda menjadi orang tua yang hangat dan penuh kasih sayang, namun sebaiknya jangan memperlakukan anak seakan ia lebih baik daripada orang lain. Setiap orang yang kita temui memang lebih baik dari kita dalam suatu hal. Dan fakta bahwa kita semua adalah manusia yang sama membuat kita sama-sama bernilai," ungkap Bushman. Bushman pun menekankan penting bagi orang tua untuk tidak menanamkan sikap dan sifat superior pada anak. Sebab, ketika seseorang merasa superior di atas orang lain, ia akan bersikap buruk. "Sebaliknya, kehangatan tidak akan berujung pada sifat narsis. Sifat ini akan menumbuhkan kepercayaan diri tanpa perlu egoistis," sebut Bushman.

5 Cara Mudah Bersosialisasi Dengan Orang

KOMPAS.com - Setiap orang tentunya memiliki kepribadian yang berbeda. Jika Anda melihat sahabat Anda, dengan mudahnya dapat beradaptasi kemudian bersosialiasi dengan lingkungan dimanapun ia berada, jangan pernah iri atau merasa kecil hati. Sahabat Anda bisa jadi seorang yang ekstrovert, dan Anda menggangap diri Anda sendiri sebagai seorang introvert. Ingatlah, introvert bukanlah suatu kekurangan dalam diri seseorang. Tetapi tak ada salahnya berusaha agar dapat bersosialiasi dengan lebih lancar. Seperti cara dibawah ini: 1. Atasi rasa malu Bukan berarti Anda harus mengubah diri menjadi seorang yang ekstrovert. Tetaplah menjadi diri Anda apa adanya. Coba singkirkan rasa malu, untuk memulai pembicaraan atau bergabung dengan pembicaraan kelompok. Rasa tenang dan santai, akan membantu Anda jauh lebih baik saat bersosialisasi ketimbang malu saat mengungkapkan pendapat. 2. Jangan cemas Bahkan dibalik kepribadian yang ekstrovert, seseorang memiliki beragam masalah yang dicemaskan. Justru ekstovert dapat "mengobati" dirinya dengan cara berosialiasi. Jadi jangan pernah merasa cemas dengan apa yang akan orang lain pikirkan tentang Anda. 3. Tingkatkan kepercayaan diri Jika Anda seringkali mengalami saat yang canggung, sebenarnya hal tersebut terjadi karena Anda terlalu berlebihan dalam menganalisis situasi. Anda harus yakin dan percaya terhadap diri sendiri, serta tujuan Anda bersosialiasi. 4. Hadapi dengan tenang Anda dapat berlatih dengan orang terdekat agar terbiasa dengan situasi saat bertemu orang yang baru. Jangan lupa regangkan otot dengan santai dan rileks, serta perlahan saat berbicara, agar Anda terdengar alami saat mengobrol. 5. Berlatih dengan diri sendiri Berlatilah di depan cermin, untuk dapat melihat bahasa tubuh Anda saat berbicara dengan orang lain. Selain itu, cara berlatih ini juga meningkatkan kepercayaan diri, dan membuat Anda bisa lebih fokus pada diri sendiri, ketimbang ketakutan yang muncul. Kunci terpenting dalam berosialisasi adalah percaya diri, dan berpikir positif mengenai diri Anda sendiri.

Masuk Inonesia, Lenovo P70 Andalkan Baterai 3.900 mAH

JAKARTA, KOMPAS.com - Lenovo meluncurkan smartphone P70 terbarunya di Indonesia. Ponsel 4G bersistem operasi Android ini dijagokan sebagai ponsel dengan baterai berkapasitas besar. Baterai Lenovo P70 berkapasitas 3900 mAh, hampir dua kali lipat lebih besar dari baterai smartphone pada umumnya. Baterainya diklaim bisa membuat ponsel bertahan seharian untuk pemakaian normal. Selain ukuran daya baterainya, P70 juga punya fitur unik. Ponsel ini bisa digunakan untuk mengisi daya ponsel atau gadget lainnya, berfungsi mirip perangkat baterai portabel (powerbank). Country Head Smartphone Division Lenovo Indonesia Adrie R. Suhadi dalam peluncuran ponsel tersebut, Selasa (10/3/2015), mengatakan, "Hari ini kami akan launch Lenovo P70, baterainya besar. Seri P ini memang baterainya luar biasa, untuk masyarakat yang butuh gadget untuk membantu sehari-harinya misalnya untuk bisnis." "Biasanya yang baterainya besar biasanya bulky, tapi tidak dengan Lenovo P70 ini. Handphone-nya cenderung sleek," imbuhnya. Marketing Manager for Smartphone Lenovo Indonesia Miranda Vania Warokka menambahkan, smartphone tersebut cuma setebal 8,9 milimeter. Sementara, spesifikasi dapur pacunya menggunakan prosesor octa coreMediaTek dengan RAM 2 GB. "Kita menekankan bigger battery dan sleek body karena biasanya smartphone dengan baterai kapasitas ini, lebih tebal," jelasnya. Spesifikasi lain yang disematkan dalam smartphone berbanderol Rp 2,9 juta ini antara lain berupa layar IPS, kamera utama 13 megapiksel, kamera depan 5 megapiksel dan memori penyimpanan internal 16 GB.

Lubang Hitam Ditemukan di Teleskop Kecil

TEMPO.CO, Peking - Kelompok ilmuwan gabungan dari University of Arizona, Amerika Serikat, dan Peking University, Cina, menemukan lubang raksasa terbesar di dalam kuasar yang juga terbesar sejagat raya. “Ini dapat menjawab teka-teki tentang teori evolusi lubang hitam dan kuasar atau bintang mati di alam semesta awal setelah Big Bang pada 13,7 miliar tahun lalu,” kata Xiaohui Fan, profesor astronomi dari Arizona Steward Observatory. Uniknya, lubang hitam raksasa ini ditemukan menggunakan teleskop Lijian 2,4 meter, yang terbilang cukup kecil untuk menemukan lubang hitam. Adalah Feige Wang, mahasiswa doktoral dari Peking University, penemu lubang misterius raksasa yang konon dapat menyedot segala benda di ruang angkasa itu. Penemuan tersebut kemudian ditindaklanjuti dengan penggunaan dua teleskop yang lebih canggih di Arizona selatan, untuk menentukan jarak dan massa lubang hitam. Yakni teleskop binokular besar 8,4 meter di Gunung Graham dan teleskop cermin ganda 6,5 meter di Gunung Hopkins. Teleskop Magellan 6,5 meter di Las Campanas Observatory, Cile, dan teleskop Gemini 8,2 meter di Mauna Kea, Hawaii, juga dikerahkan untuk memperkuat bukti temuan. Hasil penelusuran tersebut mengungkap bahwa kuasar dan lubang hitam berlabel SDSS J0100 + 2802 ini memiliki 12 juta kali massa matahari dan 420 triliun kali lebih terang. Sebagai perbandingan, lubang hitam yang berjarak 12,8 miliar tahun cahaya dari bumi ini jauh lebih terang daripada kuasar yang ada di Galaksi Bima Sakti, yang memiliki massa 4 juta kali matahari. “Lubang hitam yang memasok energi kuasar ini juga 3.000 kali lipat lebih berat,” ujar Fan.  Kuasar baru ini diperkirakan berasal dari masa berdekatan dengan Zaman Reionization, yaitu awal terbentuknya cahaya dan galaksi, yang mengakhiri kegelapan kosmik dan mengubah alam semesta menjadi seperti yang kita lihat sekarang. Dengan ditemukannya kuasar raksasa tersebut, Fan optimistis dapat membongkar lebih dalam proses pembentukan alam semesta. Temuan Fan dan rekan-rekan penelitiannya diterbitkan dalam jurnal Nature. Xue-Bing Wu, profesor di Departemen Astronomi Peking University, menyebut kuasar tersebut sangat unik. Sama seperti mercusuar, dia menjelaskan, kuasar bersinar terang di alam semesta yang jauh. “Menyinari masa depan alam semesta,” ujar Wu, yang tak tergabung dalam penelitian. Wu pernah memimpin sebuah tim yang mengembangkan metode untuk memilih kuasar di alam semesta jauh berdasarkan data optik dan inframerah fotometrik. Dia mengambil data dari Sloan Digital Sky Survey dan Wide-Field Infrared Explorer milik NASA. Dia mengatakan, penemuan kuasar hanya dengan menggunakan teleskop binokular besar menjadi prestasi tersendiri. Wu sebelumnya pernah memegang rekor menemukan lubang hitam yang paling besar di alam semesta awal, sekitar seperempat dari kuasar yang ditemukan Fan. Bagi Christian Veillet, Direktur Large Binocular Telescope Observatory, penemuan Fan ini menunjukkan kekuatan kolaborasi penelitian gabungan dan manfaatnya bagi ilmu pengetahuan global. “Peneliti dapat efektif menggunakan data pengamatan dan akhirnya menciptakan ilmu yang menarik.” Ke depannya, tim peneliti akan mencari tahu proses pembentukan lubang hitam raksasa ini. Sejumlah pakar, kata Fan, akan diajak bergabung untuk menguak misteri jagat raya yang lebih dalam. Dia juga akan menggunakan Hubble Space Telescope dan Chandra X-Ray Telescope

Beli Rumah Dapat Istri

TEMPO.CO, Jakarta - Pemilik rumah 'Beli Rumah Bonus Istri', Wina Lina, memaparkan kriteria pembeli yang bisa menikahi ibu dua anak tersebut. Tak semua pembeli langsung berkesempatan menjalin relasi dan bisa menikahi Wina. "Mungkin yang membeli itu ada yang duda atau perjaka tua. Siapa tahu bisa cocok dan menikah dengan saya," kata Wina Lia saat dihubungi, Selasa, 10 Maret 2015. Wina menyatakan, iklan yang dibuat rekannya bernama Rian tersebut bukan sesuatu yang harus terjadi. Lebih sekadar harapan sembari becanda. Menurut Wina, jodoh dan pernikahan adalah hal pribadi yang tak bisa dipaksakan, tetapi berdasarkan kecocokan. Wina juga menyatakan, meski pembelinya adalah duda atau perjaka tua, tak otomatis dapat meminangnya sebagai pasangan atau istri. Wina punya syarat lagi, yakni kesesuaian perasaan di antara keduanya. "Kalau dia merasa tak cocok, atau saya merasa tak cocok ya tidak bisa nikah. Itu hanya iklan jual rumah kok," kata dia. Rian membuat iklan fenomenal untuk membantu Wina Lia menjual rumahnya dengan kalimat "Penawaran Langka Abad Ini!!! Beli rumahnya bisa mengajak pemiliknya menikah (syarat dan ketentuan berlaku) hanya untuk pembeli serius dan tanpa nego". Iklan ini disebar melalui fasilitas pesan singkat, BlackBerry Messenger, WhatsApp, Facebook, dan Twitter. Dalam sepekan, iklan tersebut sudah meraup 150 lebih peminat yang sebagian besar memastikan soal kesempatan memperistri Wina. Rumah di Randugunting, Tamanmartani, Kalasan, Sleman, Yogyakarta, tersebut dibanderol hingga Rp 1 miliar. Rumah milik pengusaha salon kecantikan ini memiliki luas bangunan 130 meter persegi dan luas tanah 527 meter persegi. Bagaimana jika calon pembeli bertanya peluangnya mempersunting Wina? "Rian selalu jawab ke peminat, nanti saja Anda tanya langsung ke pemilik rumah," kata Wina.

Black Dollar

JAKARTA, KOMPAS.com - Wakil Kepala Polri Komjen Pol Badrodin Haiti menegaskan, Polri akan tetap memeriksa keaslian uang palsu "black dollar" milik seorang oknum anggota TNI Angkatan Laut, Mayor Laut Zaid Joko Utomo. Meski demikian, kata Badrodin, jika dilihat dari nomor seri uang tersebut telah diketahui jika uang itu palsu. Zaid sebelumnya diringkus oleh POM AL pada 4 Maret 2015 lalu lantaran mengonsumsi narkoba jenis sabu. Setelah dilakukan penggeledahan di rumahnya, POM AL mendapati 69 ribu uang dollar palsu pecahan 100 dollar AS. "Dari nomor seri yang ada kita bisa indikasikan itu palsu. Tapi harus kita cek ke lab forensik," kata Badrodin di Mabes Polri, Jumat (13/3/2015). Dalam kasus peredaran uang palsu ini, Mayor Zaid diduga juga melibatkan dua warga sipil asal Bali, yakni I Made Gede Markadiwan, dan Ketut Srianin. Panglima TNI Jenderal TNI Moeldoko menyatakan, dua warga sipil tersebut akan diserahkan ke Bareskrim Polri untuk ditelusuri lebih lanjut. Sedangkan annggota TNI AL yang terlibat masalah tersebut, akan terus diperiksa oleh penyidik dari POM AL. Badrodin menambahkan, jika uang dollar palsu itu saat ditemukan masih dalam kondisi dilapisi pewarna hitam. Diperlukan cairan kimia khusus untuk membersihkan lapisan hitam. "Kita harus cek apakah asli atau palsu," ujarnya. Panglima TNI Jenderal Moeldoko menjelaskan, kasus ini terungkap dari penggerebekan tim Detasemen Intelijen Armada RI Kawasan Barat dan anggota Polisi Militer Angkatan Laut Pangkalan Utama TNI AL (Pomal Lantamal) III. Penggerebekan yang dilakukan di rumah Mayor Zaid Djoko Utomo itu dilakukan pada 4 Maret. (Baca: Pomal Gagalkan Peredaran "Black Dollar") Penyidik Pomal mendapatkan barang bukti berupa ribuan lembar black dollar dari rumah Zaid. Uang tersebut dititipkan oleh dua warga sipil asal Bali. "Barang bukti itu didapatkan Zaid dari I Made Gede, suruhan seorang wanita, Ketut Srianing," ujar Moeldoko. "Black dollar" adalah mata uang asing palsu, bisa dalam bentuk dollar ataupun mata uang lain. Biasanya "black dollar" digunakan dalam penipuan, di mana korban diyakinkan mendapat tumpukan uang diwarnai hitam agar bisa lolos dari pemeriksaan di bandara. Jika uang dicuci akan kembali berwarna normal. Di antara tumpukan uang palsu diselip uang dollar asli sehingga korban yakin bahwa semua uang di tumpukan itu adalah asli.

Sebuah Firasat

Masih ku ingat selalu saat dia menggenggam tanganku, memelukku erat erat seakan tak mau terlepas dariku. Saat itu kami resmi menjadi sepasang kekasih. Sikapnya yang lembut namun tegas, dan begitu kharismatik menurut teman temanku, kami memang sangatlah cocok. Kejadian tiga bulan lalu mungkin adalah peristiwa paling berkesan di hatiku. Saat dia menembakku di pinggir danau yang jernih. Takkan kulupakan semua itu. Kami sering bersepeda bersama mengelilingi jalan pedesaan yang belum tercemar oleh polusi dan setiap malam minggu sering kami habiskan bersama. “Kamu janji kan setia sama aku Vin?” “Aku janji Kan!” katanya saat itu dengan mantap. Namun ada apa dengan sekarang. Aku memutuskan dia, Kevin. Dia mungkin tak tau perasaanku saat itu. Dia menduakanku karena dia seorang gamers. Sulit dipercayai, dia meninggalkanku gara gara game suram itu. Dia lebih mencintai gamenya daripada diriku. Perlahan lahan dia mulai menjauhiku. Sekarang sudah seperti kami berdua tak saling mengenal satu sama lain. Game itu telah menutup mata dan hatinya. Mungkin ia sudah tak punya rasa untukku. Hari hari kujalani sendiri, tanpanya. Aku akan membuktikan jika aku mampu tanpa kehadiran sesosok Kevin. Hari pertama masuk sekolah setelah liburan dibagikan daftar kelas. Aku sekelas dengan Kevin. Apa aku ditakdirkan untuk tidak melupakannya. Setiap hari dapat kulihat dengan jelas wajahnya, masih seperti setahun yang lalu, belum banyak perubahan. Ku akui, kami memang masih baru menginjak masa remaja. Dan apa yang timbul di hati kami mungkin lazim disebut cinta monyet. Namun aku menyangkal pernyataan itu, mungkin rasa ini terlalu dalam dan tak bisa hanya disebut cinta monyet. Telah lama aku berusaha melupakan kenangan kami, dan itu hampir berhasil. Namun mengapa Engkau hadirkan dia kembali di dekatku ya Tuhan? Apa mungkin karena Kevin itu first love-ku jadinya memang sulit sekali melupakannya. Setiap harinya di kelas dia hanya memandangiku sinis, namun aku sering memergokinya sering curi curi pandang ke arahku. Bukan hanya aku, namun teman temanku juga menyadari tingkahnya itu. Mungkinkah dia masih mencintaiku? Aku sudah tak berharap lagi padanya. Namun dalam relung hatiku yang paling dalam, aku masih merasakan gejolak cinta yang menyala, sulit untuk dipadamkan. Entahlah, aku sendiri masih bingung mengenai perasaanku. Suatu hari dia tak masuk sekolah, aku mengkhawatirkannya. Ya aku merindukan gelak tawanya yang khas dan senyum manis yang melekat di bibirnya dulu. Dia sedang sakit. Aku berharap itu hanya sakit biasa. Keesokan harinya dia sudah masuk sekolah seperti biasanya. Aku senang melihatnya bisa tertawa dengan temannya. Mungkin setiap harinya aku membuat fake smile, dan mereka mengira aku orang yang murah senyum. Aku juga merasa lelah dengan senyum kebohonganku ini. Aku tak tahan. Sungguh tidak nyaman bila setiap harinya terlarut oleh kebohongan ini. Karena sangat sedihnya, sampai sampai aku tak bisa mencurahkan rasa hatiku kepada siapapun. Tidak dengan orangtuaku, tidak pula dengan sahabatku, Lintang. Aku begitu bodoh memendam semua ini. Aku masih menyimpan rasa untuk first loveku, Kevin. Akhir akhir ini Kevin sering tak masuk sekolah. Kenapa dia? Mungkin dia sering membolos, pikirku. Membolos demi game pikirku. Dia bermain game tak kenal waktu, pagi siang sore malam tak pernah absen dari game kesukaannya. Malam hari itu perasaanku tak enak, aku memikirkan sesuatu yang tidak tidak. Aku takut sesuatu terjadi pada Kevin. Aku sulit sekali untuk tidur. Kupejamkan mataku dan akhirnya tertidur. Aku merasakan tidur ini tak biasa. Aku ingin bangun namun sulit, begitu pula aku mencoba berteriak. Seperti ada yang mencegahku. Kupaksakan mengangkat kepalaku dengan sekuat tenaga, akhirnya aku bisa bangun. Sulit sekali rasanya. Leherku bercucuran keringat. Begitu juga dahiku. Kulihat jam dinding menujukkan pukul 11.30. Sebelumnya, aku memimpikan sebuah kafan, perasaanku makin tak enak. Pertama aku bangun, pikiranku langsung tertuju pada Kevin. Semoga dia baik baik saja, tolong lindungi dia ya Allah. Tadi pagi pukul 4, Kevin mengirim sms selamat pagi untukku. Tak seperti biasanya. Bahkan dia kembali menyertakan sebutan ‘sayang’ di belakangnya. Aku pun membalasnya sambil senyum senyum sendiri. Pagi ini aku berangkat sekolah tanpa pikiran cemas. Pikiranku yang tadi telah hilang karena Kevin baik baik saja pikirku. Sampai di sekolah, banyak teman teman berkerumun. Aku mendatangi kerumunan itu. “Ada apa sih?” Tanyaku sangat penasaran. “Jadi kamu belum tau sedikitpun? Harusnya kamu masuk daftar orang orang yang pertama tau berita ini!” Bentak Lintang. “Iiyaa! Kevin tadi malam meninggal pukul 11.30.” “Aapaaa?” Jawabku seolah tak percaya dan aku langsung tak sadarkan diri, mungkin kejadian tadi malam itu adalah sebuah firasat, ternyata kafan itu untuk Kevin. Setelah aku sadarkan diri, aku menangis sejadi jadinya, teman teman menenangkanku. Aku menceritakan mimpiku pada Lintang. Dia terheran heran dengan firasatku yang sangat kuat, dia malah mengatakan kalau mungkin Kevin masih sangat mencintaiku. Kevin meninggal pukul 11.30, jadi siapa yang mengirim sms selamat pagi, pada pukul 4 tadi? Aku dan Lintang datang ke rumah Kevin, ramai sekali orang melayat. Ibu, ayah, adik dan kakaknya menangis seusai pemakaman Kevin. Adik Kevin rupanya yang mengirim sms pukul 4, itu adalah amanat dari Kevin. Aku menangis lagi, Lintang menyeka air mataku. “Kania kan ini?” Ujar wanita yang tak lain adalah ibu Kevin. “Kevin sering cerita tentang kamu, katanya kamu pintar, baik, ramah, lucu. Kevin menyukai kamu.” Deg.. jantungku berdetak lebih kencang dari biasanya. “Iya saya Kania bu.” “Ini ada surat dari Kevin buat kamu tolong mebacanya nanti di rumah saja ya.” Setelah aku menerima surat itu, aku langsung berpamitan pada keluarga Kevin dan bergegas pulang ke rumah untuk segera membaca surat itu. Sesampai di rumah, kubaca perlahan surat itu.. Untuk Kania Mungkin saat kau buka amplop surat itu aku sudah pergi ninggalin kamu. Maaf aku enggak pamit kamu dulu. Aku sudah dijemput oleh Malaikat untuk pergi ke surga, dan dipersilahkan menaiki kendaraan ke surga. Kamu jangan nangis dong. Aku tau sekarang kamu lagi nangis. Jelek lho kalau nangis, senyum dong biar tambah cantik. Tenang Kan, aku sudah tenang di sini. Kalau kamu mau inget aku, kamu pergi saja ke danau itu, tatap saja airnya. Aku tak pernah hilang. Aku juga akan seperti langit Yang bisa mengawasi dari atas sini. Kevin Air mataku mengalir deras saat membacanya. Aku tak tau Kevin mengidap penyakit apa selama ini, dan aku tak akan mencari tau. Karena itu hanya menambah kepedihanku saja. Kevin, Aku tak akan melupakanmu… sayang. THE END

Aku Tidak Gila

“hey.. ini sudah gelas kelima” pekik Badi, bola matanya membulat utuh, membelalak, gelas itu cepat diraihnya dari tangan ku. Aku tersenyum kecut melihat reaksinya, tak ku hiraukan ucapannya, kembali kuisi gelas kosong di hadapanku, wine yang bisa membuatku tenang… sungguh, berapa banyak aku meneguknya, tak membuatku mabuk, hanya sedikit halusinasi saja, malah itu yang kuharapkan, aku bisa bertemu dengannya, menatap wajahnya atau bahkan merasa dipeluknya… “cukup Netha, kali ini aku benar-benar muak, kita pulang sekarang” Badi menarik tanganku, sontak kami jadi tontonan pengunjung café. Aku berjalan terhunyung, sambil terus terkekeh, tertawai kelakuan Badi adikku. “Kak, aku tidak mau mengantar lagi kakak minum-minum seperti ini” ujarnya sambil membopongku, “ini yang terakhir” lanjutnya. Aku tak menanggapi Badi yang terus meracau, benar-benar tak ada yang bisa mengerti aku, biarkan aku begini, aku nyaman seperti ini. Semua orang memperlakukan aku berlebihan, pergi ke kantor diantar jemput, selalu diingatkan makan, dan perhatian ekstra lainnya, seolah-olah aku akan mati esok harinya, apa karena aku tak jadi menikah, dan calon mempelai laki-laki ku, meninggal satu hari sebelum hari H, lalu semua orang berhak mengatur hidupku, supaya aku tak jadi perempuan yang gila karena ditinggal calon suaminya, sungguh, kalianlah yang membuatku gila! Aku tak mau diperlakukan seistimewa apapun, biarkan aku menghadapinya dengan caraku sendiri. Bersenandung, berteriak atau tertawa sekerasnya, bisa membuatku merasa bebas, terlepas dari belenggu kerapuhan hatiku, aku bisa tenang setelahnya, bukan butiran obat penenang dari Dokter yang biasa Ibu berikan, asal Ibu tau, pil-pil itu cuma bikin aku jadi pelupa, aku jadi lupa wajah calon suamiku, dan itu menyiksaku. Tak perlu juga seisi rumah khawatir ketika aku berdiam diri di kamar, satu hari, dua hari, berapa hari pun aku di dalam kamar, tidak membuatku mati bukan? Tapi selalu saja kalian panik, menggangu keheninganku yang sedang kuciptakan, di kamar inilah aku merasa tenang, hening, damai dan aku bisa melihat “nya” menemuiku disini, jadi kalian tak perlu mengganggu ku! Tapi Ibu, Ayah dan yang lainya kerap mengganggu ketenanganku, sekarang, malah Badi adikku yang kupikir paling mengerti aku, ikut-ikutan mengganggu ku, kenapa kalian tak biarkan aku bahagia, aku bahagia bertemu calon suamiku walau sebatas halusinasi, bukan bertemu psikiater atau serangkaian terapi mingguan ala Ibu, kalau saja Ibu tak membujukku bisa bertemu “dengan nya” aku tak akan mau datang ke tempat terapi, sampai detik ini aku tak pernah “bertemu” lewat terapi-terapi itu, kalian bohong, aku hanya bisa bertemu dengannya, saat aku meminum wine kesukaan ku sebanyak banyaknya, atau ketika aku berdiam di kamar, kalian tau itulah kebahagiaanku, itulah cara aku bahagia. Badi merebahkan tubuhku di pembaringan, “maafkan Badi kak” ucapnya bergetar, seolah menahan sesuatu, tangannya mengusap keningku, menatap wajahku, kemudian cepat-cepat meninggalkan kamarku, aku tak terlalu menghiraukannya, lagipula kepalaku terasa berat sekali, seperti biasanya kalau aku “on” begini “dia” menghampiriku, aku menunggunya, namun sosok itu tak muncul, sebotol wine yang sengaja ku simpan di kamar, seperempatnya telah kuminum, namun sosok itu tetap tak ada, aku mulai tak tahan, aku luapkan emosiku pada botol itu, aku lempar sekuatnya, pecahan kaca bercampur alkohol berserakan di lantai, aku gelisah dan sakit hati, dia tak mau lagi menemuiku! aku berteriak sejadinya, airmata yang terbendung di kedua pelupuk mata, mengalir hangat di kedua pipiku, tak pelak kegaduhan yang kuciptakan membuat seisi rumah menghampiri kamarku, Ibu memburu tubuhku kemudian memeluku erat “lepaskan nak, biarkan dia pergi” ucapnya lirih, aku berontak dari pelukan Ibu “tidak! harusnya dia menemuiku bu” aku masih berteriak. Kulihat Badi mematung di pintu, matanya berkaca-kaca, begitu juga Ayah, aku pandangi mereka, berharap menemukan jawaban, semua hanya diam, emosiku semakin menjadi, kulemparkan apa saja yang ada di hadapanku sambil berteriak, memaki dan apapun yang bisa meluapkan emosiku. Setelahnya, aku tak mengingat apa-apa lagi, selain jarum suntikan yang menusuk tanganku lalu membuatku tertidur sampai siang ini. Aku terbangun kepalaku masih sedikit terasa pening, kupandangi sekeliling ruangan, aku merasa asing di sini, aku tak mengenal tempat ini, aku beranjak dari tempat tidur, membuka pintu, kulangkahkan kaki menuju taman, ada beberapa orang disana tak satu pun yang aku kenali, kulihat pakaiannya sama persis, seperti yang kupakai saat ini, tiba-tiba muncul dari belakang Ibu, Badi dan Ayah, “kau sudah bangun Netha” Tanya Ibu sambil mengusap kepalaku, aku hanya terdiam, “hari ini terapinya di sini dulu ya” ibu menghela nafas sejenak, “mungkin hanya satu atau dua hari, nanti kita tiap hari akan menjengukmu nak” ibu masih membelai rambutku, terlihat bulir-bulir air matanya berjatuhan, aku tetap membisu sampai mereka pamit. Aku tak beranjak dari tempatku berdiri, hatiku semakin teriris, aku tatap Ayah, Ibu dan Badi sampai ujung penglihatanku, kesepian itu semakin membungkus tubuhku, kesedihan yang kurasakan sejak hari tunanganku meninggal, semakin terasa menyakitkan, ingin aku berteriak memanggil Ibu, namun bibirku membungkam terbalut kecewa, tak sepatah kata yang sanggup aku ucapkan, membiarkanku sendiri di tempat ini lebih menyakitkan, “supaya aku kembali normal” itukah alasannya, seperti yang kalian inginkan, definisi ambigu menurut versi kalian, ini hidupku, ini caraku, mengapa kalian merampasnya, memaksa aku menjadi seperti yang kalian ingini. Aku tak perlu berada di sini, kalian malah lebih membuatku sakit, kalau saja kalian memberiku ruang, membiarkan aku melakukan apa yang aku inginkan, biarkan saja mengalir sampai aku menemukan sendiri muaranya… Aku (tidak) gila kan Ibu, Ayah, Badi? kenapa kalian menghukumku seperti ini?

Rasa yang Tertinggal

Ketika kau tertawa kulihat dengan pasti Oh dirimu menarik hatiku Dan biarkan aku menatapmu Dengan perasaanku yang menggebu tiada henti.. — Pertunjukan pensi itu riuh oleh teriakan-teriakan penonton. Di antara kerumunan orang-orang yang menyemut itu, aku terhipnotis oleh penampilannya. Terpesona akan kemahiran jemarinya yang menari di antara senar-senar gitar. “Hoi, kantin yuk bang” sapa Via sahabatku, mengacau kosentrasiku sambil menarik tanganku “Apaan sih loe, gangguin gue aja, duluan deh sana, nanti gue nyusul” balasku tetap fokus menikmati kepiawaian Rendi memetik gitarnya. “tahu deh, tahu, lagi ngelihat penampilan pujaan hatinya ya?. Oke deh, gue duluan ya?” Via pergi meninggalkanku. Udara siang yang terasa makin menyengat tak menyurutkan niatku untuk menyaksikan pertunjukan band sekolah kami sampai selesai. Begitu tabuhan dram terakhir usai, baru aku beranjak menyusul Via di kantin sekolah. “Hallo bang,” teriak anak-anak cowok dari sekolahku yang ngumpul bergerombol di antara kerumunan penonton, aku hanya melambaikan tangan kepada mereka sambil terus berlalu. Kadang risih juga aku di panggil abang oleh mereka, masa cewek di panggil abang?, tapi semua itu akibat dari penampilanku yang tomboy seperti cowok maka gelar itu melekat sampai sekarang, padahal aku asli seratus persen cewek. “Ah sudahlah” pikirku “Gimana? Udah bubaran?” Tanya Via saat aku tiba di kantin. Pertanyaan itu aku jawab dengan anggukan, sambil menggeleng-gelengkan kepala, seolah sedang mengikuti irama musik. Aku sengaja ngeledekin Via. “Hey, loe dengar gak pertanyaan gue!” Sergah via sewot. “Asiiik…” Teriakku sambil terus bergoyang dan tidak memperdulikan “Pantasan loe mendapat julukan abang” sungut Via lagi. “bu, mie rebus satu” ucapku pada ibu pemilik kantin sambil terus menggoda Via dengan menari patah-patah ala breakdance. “Loe kesambet dimana sih?” Tanya Via makin kesal “Eeee, Via, rugi banget loe gak lihat terakhir, seru abis” “Alah.. Pasti loe cuma lihat si Rendi doang, bukan nikmati musiknya” tebak Via sangat benar. Dengan lenggang lenggok versi emak-emak, Ibu kantin datang membawakan mie rebus kesukaanku “Terima kasih Ibu,” Aku mulai menyantapnya. Suasana kantin mulai ramai didatangi anak-anak yang baru siap menyaksikan pertunjukan festival band antar sekolah. Kebetulan sekolah kami yang menjadi tuan rumah acara kali ini. “Abang, Makan nya ngajak-ngajak donk” “Eeee, iya ni, ayo makan semua” sambutku pada anak-anak cowok yang baru masuk kantin “Serius kali si abang!” sapa seseorang sambil menepuk pundakku dari belakang “Fuuuhhh” aku kaget, mie yang sedang aku makan muncrat keluar dari tenggorokanku. Aku tersedak. “maaf ya bang” ucap cowok itu sambil mengulurkan segelas air putih. Aku menoleh ke arah suara itu. Seketika aku tersentak menyadari cowok yang menepuk pundakku adalah Rendi sang gitaris idolaku. Tapi aku cepat menguasai diri. “ya ampun Rendi rupanya, loe mau bunuh gue ya Ren?” ucapku pura-pura jutek, padahal jantungku berdetak kencang karena kehadirannya “Maaf gue gak sengaja Mikha, idih serem banget muka loe saat kaget begitu” goda Rendi sambil nyengir “Seram mana gue sama si Via?” Ledekku sambil melirik Via. “Seram loe lagi” balas Via “Sebagai permintaan maaf, loe harus teraktir gue ya” ucapku berusaha menutupi rasa gugupku “siap bang!, ayo tambah lagi?” Katanya dengan gaya memberi hormat kepadaku, aku hanya bisa tersenyum melihat tingkahnya “oh ya bang gimana tadi penampilanku?” “biasa aja tu” ucapku berbohong “yeee abang niii, bagus la ya?” Harapnya “iya deh bagus pake banget deh” “Sippp… makasih banget bang ” Melihat dirinya tersenyum hatiku makin dag dig dug der. Pesona Senyuman yang biasanya dia tebarkan di atas panggung itu, kini merasuk di hatiku dan bertebaran di sekeliling kantin, hari itu senyumannya terasa semakin menawan. Semoga senyuman itu akan menjadi milikku. Ucap batinku penuh harap. Sejak pertemuan di kantin itu aku semakin dekat sama Rendi. Hari-hariku selalu menyenangkan ketika bersamanya. Via, Rini, Dicky dan Robby selalu menjodoh kan kami, teman-teman ngeband nya pun seperti setuju. Tapi aku pura-pura acuh tak acuh. “halo bang,” suara yang sudah tak asing itu terdengar lagi. “Halo juga Ren” “loe hari ini ada kegiatan apa?” “gak ada tuh, memangnya kenapa?” Tanyaku sambil berharap sesuatu. “gue pengen ngajak loe tanding main PS” ucapnya, “woiii… Asik juga tuh, ayo main dimana?” Tanyaku. Penasaran “Dirumahku ” “Oke, oke siapa takut” Rendi memacu motornya dengan kecepatan sedang, tidak pelan juga tidak terlalu kencang. Memasuki komplek perumahannya mata seakan terasa sejuk oleh pemandangan pepohonan asri yang tumbuh rindang. Rumah Rendi persis berasa di pojok hook. Motornya di parkir persis di depan pintu masuk rumah. “Assalamualaikum” uca­p rendi sambil memasuki rumahnya “waalaikum salam” sambut kedua orang tuanya “Ayo masuk bang” Aku mengikuti aba-aba Rendi masuk dan menyalami kedua orang tua Rendi “siapa gadis cantik ini Ren? tumben kamu bawa cewek ke rumah?. Pasti pacar kamu ya?” Goda ayah Rendi “Namanya Mikha, teman Rendi Pa, kami mau tandingan main game” jelas Rendi “Baiklah kalau begitu” Tanpa membuang waktu Rendi langsung mengambil disk sepak bola dan menyetelnya di ruang keluarga yang hanya di sekat oleh lemari panjang sebagai pemisah dengan ruang tamu. “bang, kita taruhan coret pipi pake spidol ya” katanya bersemangat “Gak mau ah, pasti aku yang kalah” Lagi seru-serunya aku menendang bola, tiba-tiba aku dikagetkan oleh ibu Rendi yang ternyata memperhatikan kami bermain. “Wah, pintar juga anak gadis main sepak bola ya?” Sapa ibu Rendi “Eee ibu, ini kalah terus bu sama Rendi, sudah kalah 7-1″ jawabku. “Baiklah lanjut aja ya nak, ibu mau ke dapur” Melihat ibu Rendi mau ke dapur naluri perempuan ku terpanggil untuk membantu dia memasak, apalagi aku sudah bosan main PS karena kalah terus sama Rendi. “Udah nak Mikha biar aja ibu sendiri, kamu temani Rendi main game aja” “Biarlah bu, daripada saya di ketawain sama rendi, mending saya bantu ibu, boleh ya bu” pintaku “ya sudah kalau gitu, “abang, oiii abang” teriak rendi memanggilku “Rendi, kok kamu manggil Mikha abang sih” tanya ibu nya heran “Mikha itu tomboi bu, coba lihat kan potongan cowok dia, makanya dia di panggil abang” ejek Rendi padaku “ahh, mana ada seperti cowok, gadis manis seperti ini kok di bilang mirip cowok, ngaco kamu.” bela ibunya, membuat hatiku berbunga-bunga atas pujian itu. “bu, Rendi mau bantuin bikin kue juga ya” “ya udah, kamu adon tepung dan telor ini sampai pulen.” Perintah ibunya Bukannya bantuin dengan serius, Rendi malah usilin aku dengan mencolek pipiku dengan tepung, tak mau kalah aku pun membalas perbuatannya. Ketika ibunya tahu, Rendi di pecat dari pekerjaan dadakannya itu. Aku tertawa geli melihatnya — “ehem, senyum-senyum sendiri ni, senang kok gak bagi-bagi, kasi tahu dong penyebabnya” Via menggodaku “loe mau tahunya pake aja atau pake banget?” “pake bangettt deh” jawabnya penasaran “gue lagi senang aja, sekarang gue makin dekat sama Rendi” “Oo itu penyebabnya? Kalau gitu, Selamat deh ya?” “Terima kasih Vi. Oh iya Vi, loe mau dengar gak? Gue ada buat lirik lagu” “Mana? Sini gue dengar” Aku raih tas sekolahku, aku ambil buku diary dari dalamnya, aku eja bait-bait lagu itu, sengaja aku buat khusus untuk Rendi dan aku berharap nanti Rendi bisa memasukkan nada-nadanya: ‘hatiku berkata, ingin ucapkan cinta, namun aku malu untuk memulainya. Jantungku berdebar saat kau menatapku, jadi salah tingkah bicara dengan mu, bibirku terbungkam melihat senyummu, aku tak berdaya saat di depanmu, sebenarnya aku ingin ungkapkan rasa, tapi aku tak bisa, bagaimana caranya agar dirimu bisa tau kalau aku suka… suka… suka kamu’ “hebat, bagus banget bang liriknya” ucap Via “lebih bagus lagi kalau Rendi yang mainin gitarnya ya” “Gampang biar gue panggil si Rendi ya” Akhirnya kami menyanyikan lagu itu sambil Rendi memasukkan nada-nada yang ternyata pas banget dikupingku, “dasar jagoan main gitar” bisa aja Rendi mengolah nada-nadanya di antara bait-bait syair itu menjadi sebuah lagu yang indah. — To Rendi 0809071238** “Ren, gue sangat tersentuh dengan irama musik yang loe mainkan pada bait-bait yang gue tuliskan semalam. Sebenarnya sair itu adalah mewakili perasaan hatiku kepadamu, gue dah lama suka sama loe ren. apakah loe punya rasa yang sama kayak gue?” Aku kirim sms itu pada Rendi, aku pegang HP ku untuk menunggu jawaban sambil berharap-harap cemas akan balasan darinya, tapi satu menit, dua menit. Satu jam pun berlalu, tak ada tanda-tanda sms masuk di HP ku. Belum ada kabar, aku langsung merebahkan tubuhku di tempat tidur doraemonku. Saat bangun pagi, yang teringat adalah sms semalam. Aku ambil hp, aku lihat masih belum ada pesan masuk. Aku mulai gelisah, dilanda rasa malu, jangan-jangan di meremehkan perasaan hatiku. Tapi sudah lah, aku buang jauh-jauh perasaan itu, aku pun bergegas mandi, selanjutnya buru-buru menuju sekolah. Di sekolah aku juga tidak menemukan Rendi. Aku semakin cemas, kemana ya dia? Pikirku dalam hati “Bang!” sapa Via menghampiriku “kok pagi-pagi udah murung sih? Ada apa? Loe sakit?” tanya Via seraya menempelkan tangannya di jidatku “gue udah nyatain perasaan gue ke Rendi?” Ucapku tak bersemangat “loe di tolak dia?” “kayaknya sih gitu, dia gak balas sms gue” “sabar ya, yang penting loe udah berusaha ngungkapinnya” Via menyemangatiku Ucapan Via membuat aku mengangguk lesu “udah jangan sedih lagi masa cewe tomboy super, perpaduan antara cowok dan cewe bisa cengeng kayak gini sih” canda Via sambil menghibur. “emang ada larangan, cewek tomboy gak boleh sedih?” tanyaku manyun “gak ada sih, tapi gak cocok sama loe” katanya nyengir “rese lo, tapi vi, loe tau gak kenapa Rendi gak masuk?” “gak tau tuh, emangnya gue emaknya apa?” Canda Via dengan gaya yang membuatku tersenyum, aku senang banget bisa punya sahabat sebaik Via Dua minggu sudah dia tidak ada kabar beritanya. Dalam kegalauan hati, tiba-tiba HP ku berbunyi menandakan ada SMS masuk, dengan sedikit cemas aku lirik layarnya, benar saja ada sms. Aku buka, ternyata sms dari Rendi, isinya sangat singkat ; “Gue tunggu loe di taman biasa” Tanpa membuang waktu aku pergi menemui Rendi di Taman tempat kami biasa nongkrong. Dengan perasaan penuh kecemasan aku beranikan diri menyapanya. “Selamat siang Ren” “Siang juga Mikha” “Kemana aja selama 2 minggu gak keliatan Ren!?” Tanyaku membuka percakapan Rendi tak langsung menjawab, dia berdiri sambil memberi aba-aba mengajak aku berjalan menyusuri rimbunnya pohon-pohon akasia di taman itu. “Mikha maafin gue ya, gue gak jawab SMS loe kemaren” ucapnya sambil menggenggam tanganku “sebenarnya gue juga cinta sama elo, tapi… tapi.” Rendi seakan tak mampu melanjutkan kalimatnya “tapi kenapa Ren?” Kejarku sambil menatap matanya yang seakan meredup “Mikha, selama dua minggu ini gue sakit” Aku tersentak, “sakit apa Ren?” “Kata dokter aku terserang kanker otak, dokter juga bilang bahwa umur gue udah gak lama lagi” Terang Rendi tanpa ekspresi Bumi yang aku pijak seakan berputar, aku benar-benar limbung, aku genggam erat jemari Rendi yang aku dambakan untuk dapat mengisi hari indah ku, tak sadar air mataku menetes membasahi pipi. “Rendi, semoga apa yang barusan gue dengar hanya guyonan loe” “Gue serius Mikha, sebenarnya gue juga gak mau lihat loe sedih, makanya gue menjauh dari loe supaya loe bisa lupain gue, maafin gue” ujarnya membenamkan kepalaku di dadanya. Mendengar keterangan itu, aku tidak bisa menahan derasnya air mataku yang mengalir deras, menetes dibajunya. “jujur gue tak akan bisa ngelupain loe” ucapku menangis sejadi-jadinya. “gue tau itu, gue juga gak bisa lupain loe semudah itu” ucapnya sambil menyeka air mata yang mengalir di pipiku “Mikha gue punya hadiah permintaan maaf buat loe” katanya sambil memberikan sebuah kotak berukuran sedang yang dihiasi pita “nanti loe bukanya pas di rumah aja ya, dan aku ingin mengucapkan terima kasih atas kebersamaan kita yang menyenangkan selama ini.” ucapnya lagi­, kali ini dia merebahkan kepalanya di pangkuanku dengan manja “he… hei, ngapain, loe apa-apaan ini?” Aku kaget dan gugup karena aksinya “Ren, Rendi, hei ini gak lucu tau, Rendi!” Teriakku mengoncang-goncangka­n tubuhnya, tapi tubuhnya tetap tak bergeming, air mataku makin deras menitik jatuh dipipinya. Cepat-cepat aku buka kado pemberiannya sambil tak menyeka air mata, ternyata isinya adalah foto-foto kenangan kami, sebuah kalung berbandul bintang dan sebuah surat To Mikha Aku bahagia banget saat kamu menyatakan perasaan isi hatimu dalam bait lagu itu. Perasaan hatiku pun sama dengan apa yang kamu rasa bang Mikha. Andaikan aku bisa menyambung hidup ini lebih lama lagi, aku ingin hidup bahagia bersamamu selamanya. Penyakit ini telah merusak semua angan kita bang Mikha, tapi aku tetap bersyukur karena: Tuhan telah memberi aku kesempatan yang sangat indah selama mengenalmu, dan aku tak akan melupakannya. Oh ya, semoga kamu suka dengan kalung itu. Nanti, walaupun aku sudah tak disisimu. Aku akan tetap selalu menjaga mu dari atas sana sebagai bintang, jika kamu kangen, kamu bisa menatap aku sebagai bintang itu?, Walaupun aku akan merasa cemburu di alam sana, tapi aku akan bahagia di saat kamu dapat mencari penggantiku. Aku selalu mencintaimu abang mikha. Hehehe, Rendi “Rendi! Teriakku sekeras-kerasnya sambil memeluk tubuhnya yang kaku, THE END

Unknown

Some say he’s half man half fish, others say he’s more of a seventy/thirty split. Either way he’s a fishy bastard.

0 komentar: